GRESIK, (Kabarjawatimur.com) – Pemkab Gresik terus berupaya menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Hal ini ditegaskan dalam Workshop Verifikasi dan Analisis Kematian Ibu dan Bayi yang dibuka oleh Wakil Bupati Gresik, Asluchul Alif, di Aston Hotel, Kamis (25/9).
Wabup Alif mengatakan, masalah kematian ibu dan bayi bukan sekadar data, tapi menyangkut nyawa manusia serta masa depan generasi. Karena itu, Pemkab berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk ibu hamil dan bayi.
“Masalah kematian ibu dan bayi bukan hanya persoalan medis, tetapi juga persoalan sosial kemanusiaan,” ujar Wabup yang akrab disapa Dokter Alif ini.
Kepala Dinas Kesehatan Gresik, Mukhibatul Khusnah memaparkan, bahwa angka kematian ibu turun dari 99,38 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2023 menjadi 77,59 di 2024. Angka kematian bayi juga turun dari 4,82 menjadi 4,38. Meski begitu, upaya bersama lintas sektor tetap diperlukan agar penurunan semakin signifikan.
Berdasarkan data, kasus kematian ibu paling banyak terjadi di Kecamatan Driyorejo, Kedamean, dan Tambak. Sementara kasus kematian bayi terbanyak di Kebomas, Manyar, dan Sangkapura. Kasus ibu hamil berisiko tinggi terbanyak ada di Manyar, Menganti, dan Kebomas.
Workshop ini diikuti dokter, bidan, perawat, serta tenaga kesehatan dari puskesmas dan rumah sakit. Mereka berdiskusi untuk mencari solusi dan merumuskan rekomendasi kebijakan agar program penurunan AKI dan AKB lebih terarah.
“Keselamatan ibu dan bayi adalah tanggung jawab kita bersama. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan tenaga kesehatan, masyarakat, dan keluarga,” tegas Wabup Alif.
Reporter : Azharil Farich

