BANYUWANGI – R, seorang pelajar kelas 7 SMP Negeri 2 Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur mengaku trauma berangkat sekolah lagi.
Pasalnya, usai menjadi korban dugaan pengeroyokan oleh kakak kelasnya, dirinya enggan lagi bersekolah.
Bahkan, dengan didampingi orang tuanya, R mendatangi sekolah SMP Negeri 2 Cluring untuk mengembalikan seragamnya.
Seragam tersebut dimasukan kedalam kresek yang berisi seragam lengkap. Tak panjang lebar oleh dewan guru diarahkan ke sebuah kantor untuk dimediasi.
Wali murid dari R, Sholehuddin menegaskan jika menyayangkan pihak sekolah lantaran diduga angkat tangan dalam permasalahan ini.
Bahkan, pasca kejadian pengeroyokan itu mengadukan Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Cluring ke pihak Kepolisian untuk dilakukan mediasi. Namun tidak respon sama sekali.
“Nah, inginnya dimediasi malah ponakan saya yang jadi korban intimidasi dari oknum guru,” kata Sholehuddin saat di SMP Negeri 2 Cluring.
“Malahan ponakan saya ini tidak ikut belajar selama satu hari karena alasan dibina itu,” tambahnya.
Pengeroyokan tersebut terjadi pada 28 Agustus 2023 lalu. Sejauh ini, R merasa tidak ingin sekolah lagi karena trauma akibat dugaan pengeroyokan disaat jam sekolah.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Cluring Seneng Hariyanto mengatakan jika kejadian itu dinyatakan sudah selesai.
“Kasus anak-anak itu sudah selesai. Ada kesalahpahaman. Wali murid sudah kesepakatan tidak saling menuntut,” ucapnya.
Seneng menegaskan, bahwa siswa tersebut sudah tidak mau lagi belajar di SMP Negeri 2 Cluring.
“Dia saya suruh sekolah lagi dan tidak usah membayar. Tapi sayangnya dia tidak mau dan memilih mondok saja,” tegasnya.
Sekedar diketahui, selain takmau belajar dan bersekolah di SMP Negeri 2 Cluring. Dirinya mengaku trauma dengan kejadian dugaan pengeroyokan itu. Apalagi, diintimidasi disuruh keluar sekolah oleh oknum guru itu. ***