Sambangi Banjir di Menganti, Wakil Ketua DPRD Gresik Ajak Korban Mengungsi di Posko

GRESIK (Kabarjawatimur.com) – Wakil Ketua DPRD Gresik Mujid Riduan menyambangi lokasi banjir luapan anak kali lamong di Desa Beton, Kecamatan Menganti. Dia pun mengajak para korban terdampak banjir yang tinggal di tenda pinggir jalan untuk mengungsi ke posko pengungsian balai desa setempat.

“Mari bapak ibu kita ke balai desa saja. Di sana lebih aman, makanan dan kesehatan bapak ibu dan anak-anak semua di sana dapat kita awasi. Di sini keselamatan anak-anak juga rawan, karena mereka bermain di tengah banjir,” ujar Mujid kepada pengungsi, Selasa (21/2/2023).

Mujid lalu meyakinkan para pengungsi bila rumah mereka yang terendam banjir terjamin keamanannya. Mujid memastikan pihak Kecamatan telah berkoordinasi dengan aparat Kepolisian dan TNI untuk melakukan pengamanan.

“Para korban ini takut barang-barang mereka yang ada di dalam rumah dicuri, karena itu mereka memilih bertahan di tenda yang dibangun seadanya di pinggir jalan,” ungkap Mujid Riduan saat dikonfirmasi wartawan.

Camat Menganti Gunawan Purna Atmaja yang turut mendampingi kunjungan kerja Wakil Ketua DPRD Gresik menyampaikan, banjir di Desa Beton ini merupakan banjir pertama setelah 20 tahun. Ini terjadi karena tanggul anak Kali Lamong jebol sejak Jumat (17/2/2023).

“Kami sebenarnya sudah melakukan perbaikan, tapi jebol lagi. Ini karena debit air di anak Kali Lamong, tepatnya di perbatasan Desa Beton dan Desa Cermen yang ikut Kecamatan Cerme sangat besar,” ujarnya.

Di Desa Beton, banjir merendam dua dusun dengan total 46 Kepala Keluarga (KK) yang menjadi korban, yaitu Dusun Beton dan Dusun Biyodo. Masing-masing ada 30 dan 16 KK yang menjadi korban.

“Kita sudah mengunjungi dan mengajak pengungsi pindah ke posko. Kita juga berkoordinasi dengan TNI-Polri untuk senantiasa mengontrol kemaanan di wilayah banjir, sehingga para pengungsi lebih merasa aman,” tandas Gunawan.

Sementara, salah satu pengungsi, Popi (31) mengaku khawatir jika mengungsi ke balai desa, mengingat jaraknya terbilang jauh atau sekitar 1 kilometer (km) dari rumahnya.

“Kami sudah tinggal di sini selama dua tahun. Banjir baru pertama ini. Semoga tanggul jebol bisa segera dibatasi,” pungkasnya. (*)

Reporter : Azharil Farich

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *