BANYUWANGI, – KH. Moh. Ali Makki Zaini adalah Calon Bupati Banyuwangi. Dia menjadi penantang serius sang petahana, Ipuk Fiestiandani bupati saat ini.
Slogan perubahan dengan koalisi kerakyatan menjadi stigma positif di kalangan masyarakat.
Gus Makki, sebutan akrabnya, dinilai memberikan solusi baru dalam upaya memecah kebuntuan kepemimpinan yang selama ini “dikuasai” oleh keluarga Abdullah Azwar Anas dalam tiga periode terakhir.
Gus Makki, memiliki pengaruh besar, terutama bagi warga NU. Tatkala memimpin PCNU, sang kiai Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Hidayah Rayud, Parijatah Kulon, Kecamatan Srono mampu memberikan dampak konkrit dalam kemaslahatan umat. Cukup banyak capaiannya meski hanya 5 tahun memimpin organisasi keagamaan terbesar itu.
Gus Makki kemungkinan tidak akan tampil sebagai “pemain” di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun ini.
Hal itu terjadi jika seandainya yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk mengabdi dan laden laden warga NU untuk periode keduanya.
Sayang sekali, situasinya berubah total ketika dia dan jajarannya mengajukan konferensi ditolak. PBNU memilih untuk menunjuk karteker PCNU yang notabene tokoh dari luar Kabupaten Banyuwangi.
Gus Makki kini bisa menjadi magnet baru. Bersama wakilnya, Ali Ruchi, Gus Makki akhirnya benar-benar berangkat ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). Frame yang dibangun dengan narasi “Budal Gus” akhirnya terwujud. Pasangan Ali-Ali resmi menjadi lawan kompetisi IMUN (Ipuk Fiestiandani – Mujiono).
Gus Makki dianggap bisa menguasai medan dan pendukungnya menggurita hingga level bawah. Program Sobo Deso begitu mengena dan membawa dampak luas bagi kalangan masyarakat. Orang-orang yang hadir pun adalah masuk kategori tokoh dan memiliki pengaruh di desa masing-masing.
Sobo Deso biasanya dihadiri jajaran pengurus ranting NU, GP Ansor, Banser, Fatayat, Muslimat, dan Badan Badan Otonom NU lainnya. Kehadiran Gus Makki dalam acara Sobo Deso ini begitu melekat dan ada chemistry antara pimpinan dan pengurus di bawahnya. Tentu, sebagai peserta, masyarakat setempat merasa mendapatkan perhatian lebih berkat Sobo Deso itu.
Ini masih pengurus, belum lagi banyak formasi lain yang dibangun Gus Makki. Diantaranya adalah menggalakkan kampung NU.
Meski berbekal gotong royong di tiap desa, faktanya program-program yang dicanangkan pun mendapatkan apresiasi tinggi di jajaran masyarakat grass root atau arus bawah.
Perlu diingat, Gus Makki tampil sebagai calon bupati ini mirip dengan fenomena munculnya nama Abdullah Azwar Anas tahun 2010 silam. Saat itu, A3 (Abdullah Azwar Anas,red) dianggap kader terbaik NU dan layak memimpin Banyuwangi.
Berdasarkan serap aspirasi warga NU yang digalakkan oleh PCNU kala itu, A3 bersama wakilnya, Yusuf Widyatmoko benar-benar bisa memegang tiket dan berhasil menang di Pilkada.
Maka, kini sangat wajar jika saat ini warga NU memilih dan mendukung Gus Makki karena sangat jelas merupakan kader terbaik NU.
Tanpa memandang sebelah mata yang lain, Gus Makki malah tengah hangat dan ramai diperbincangkan sebagai calon bupati, bukan hanya di dunia nyata, tetapi juga ada dalam diskusi dunia maya seperti di berbagai platform media sosial seperti facebook, instagram dan Tiktok.
Gestur yang dibangun Gus Makki ketika bertemu dan berdialog dengan tokoh dan warga biasa juga cukup mengena. Gus Makki adalah tipe pemimpin yang supel dan egaliter. Tanpa sekat dengan warga dimanapun berada. Orasinya dengan materi-materi yang disampaikan di hadapan publik mudah diingat.
Bahasa-bahasa sederhana dengan kearifan lokal ini yang menjadi kelebihan dan keistimewaan sosok Gus Makki.
Jika Gus Makki benar-benar bisa mengubah persepsi masyarakat dan sukses menang di Pilkada, Gus Makki layak dapat jempol dua. Betapa tidak, dia hanya berbekal modal dukungan dua partai politik (Parpol) yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Sementara itu, pasangan calon IMUN didukung 16 partai politik. Dukungan mayoritas parpol untuk IMUN juga sangat berdampak bagi partai itu sendiri. Memiliki struktur pengurus hingga di level bawah, tentu ini menjadi kekuatan dan suntikan semangat bagi IMUN. Tetapi juga menjadi risiko yang memilukan bagi parpol Pengusung dan Pendukung manakala pasangan ini gagal menang di Pilkada.
Ini adalah pertaruhan politik bagi gabungan partai politik pro-pendopo. Gus Makki tampil tanpa tekanan dan nothing to lose tanpa beban.
Sementara, sang Bupati Ipuk Fiestiandani dituntut harus siap menghadapi segala tekanan dan keluar sebagai pemenang. Ingat pepatah jawa “Menang Ora Kondang, Kalah Ngisin-Ngisini”. Mari Berdemokrasi, Selamat Berkompetisi!
Penulis adalah Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil Se Banyuwangi