Bojonegoro, (kabarjawatimur.com) – Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto menekankan pentingnya kolaborasi semua stakeholder dalam mendukung Bojonegoro sebagai kabupaten zero new stunting. Hal ini disampaikan dalam acara Rembug Stunting yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro di ruang Angling Dharma lt. II Gedung Pemkab Bojonegoro, Rabu (26/06/2024).
Menurut Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto upaya penurunan stunting merupakan tugas dan tanggung jawab bersama. Karena banyak hal yang harus dilakukan, diantaranya mengidentifikasi program mana saja yang belum berjalan. Berdasarkan laporan dari kepala Bappeda bahwa Kabupaten Bojonegoro mengalami penurunan dalam kasus stunting. Yakni dari 24 persen menjadi 14,1 persen.
“Ini sudah mendekati angka yang ditargetkan secara nasional. Dan ini merupakan kerja keras kita semua,” katanya.
Lebih lanjut, Pj Bupati Adriyanto memberikan apresiasi kepada seluruh stakeholder yang terlibat dalam capaian penurunan stunting di Kabupaten Bojonegoro. Semua pihak sudah bekerja secara maksimal dari segala aspek. Meski demikian, Pj Bupati tetap mengingatkan bahwa angka stunting masih di angka 14 persen. Artinya masih ada anak yang masuk dalam kelompok stunting.
“PR bagi kita semua adalah jangan sampai jangan ada anak stunting baru di wilayah Bojonegoro,” ujarnya.
Pj Bupati juga mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga pola hidup sehat serta menciptakan inovasi baru untuk menekan angka stunting.
Sementara itu, Kepala Bappeda Bojonegoro Anwar Muktadlo mengatakan bahwa Rembug Stunting merupakan penanganan stunting yang melibatkan lintas sektor dan multi pihak. Tujuannya untuk membahas dan menyepakati segala pemanfaatan segala sumber daya untuk mencapai percepatan penurunan stunting.
Berdasarkan rilis dari Kementerian Kesehatan yang bersumber hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2024, prevalensi stunting di Kabupaten Bojonegoro berdasarkan metode Nasional sebesar 14,1 % atau mengalami penurunan 10, 2 dari tahun 2022.
“Kabupaten Bojonegoro masuk peringkat 6 di Jawa Timur terkait capaian penurunanya,” ujarnya.
Muktadlo juga mengatakan Rembug Stunting digelar juga dalam rangka optimalisasi pelaksanaan program spesifik dan sensitif dalam percepatan penurunan stunting di wilayah Bojonegoro terutama di desa, serta fokus penurunan stunting tahun 2025. Pemerintah bersama lembaga masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi dan media massa secara kolaboratif diharapkan dapat mendukung Bojonegoro sebagai Kabupaten Zero New Stunting.
“Berdasarkan audit kasus stunting yang dilaksanakan oleh DP3AKB dan Dinas Kesehatan, menunjukkan faktor perilaku dan pola asuh menjadi faktor determinan utama penyebab stunting,” ungkapnya.
Selain itu, Anwar Muktadlo menambahkan Rembug Stunting sebagai upaya meningkatan peran desa dan kelurahan dalam melakukan percepatan penurunan maupun pencegahan stunting tingkat desa/kelurahan. Tahun 2025 lokasi fokus penanganan stunting di Bojonegoro berada di 17 desa dari 13 kecamatan dengan komposisi berbeda dari lokus 2023 maupun lokus 2024.
“Ini menunjukkan bahwa beberapa desa yang dalam dua tahun masuk dalam lokus telah tertangani dengan baik,” tuturnya. (*)
Reporter: Aziz.