Bojonegoro, (kabarjawatimur.com) – Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama RSUD Sosodoro Djatikoesoemo mengajak masyarakat untuk lebih mengenal tumor dan kanker sejak dini. Ajakan itu dilakukan lewat SAPA! (Selamat Pagi!) Malowopati FM, edisi Rabu (08/02/2023).
Dipandu penyiar Lia Yunita, SAPA! Malowopati FM menghadirkan narasumber dr. Rusdamayanti, Sp.PA selaku dokter spesialis Patologi Anatomi di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
Dalam paparannya, dr. Rusdamayanti, Sp.PA menjelaskan tentang istilah “tumor” yang sering dikaitkan dengan kanker ganas. Menurut dia, istilah tumor dapat digunakan untuk setiap pertumbuhan abnormal di dalam tubuh. Pertumbuhan tumor bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi, peradangan, atau trauma. Jika tumor baik, pertumbuhannya bisa dikontrol, tetapi tumor ganas bisa berkembang dengan cepat dan tidak terkontrol, mempengaruhi organ lain di dalam tubuh.
Untuk mendiagnosa adanya pertumbuhan tumor di dalam tubuh, dr. Rusdamayanti menekankan pentingnya pemeriksaan rutin, terutama untuk pertumbuhan yang tidak normal. Hal itu untuk menentukan jenis terapi yang diperlukan. Selama pemeriksaan, sel dari jaringan yang terkena diambil dan dianalisis di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi apakah sel tersebut baik, ganas, atau terinflamasi.
Dalam kondisi ini diperlukan peranan dokter patologi anatomi untuk dapat menentukan adanya radang dan tumbuhnya sel yang tidak normal. Terkadang, sel-sel yang tumbuh tidak normal dapat menyebabkan neoplasma, yaitu pertumbuhan tumor jinak atau ganas. “Namun, ada juga kondisi nonneoplasma seperti infeksi yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal,” jelasnya.
Dalam kondisi nonneoplasma, biasanya tindakan bedah tidak diperlukan, tetapi hanya cukup dengan pengobatan. Ia mencontohkan, pada kondisi titik kelenjar di leher atau ketiak yang mengalami benjolan. Pemeriksaan melalui dokter patologi anatomi dapat menentukan jenis dan tindakan yang perlu dilakukan.
Kebanyakan masyarakat takut ketika disarankan untuk pemeriksaan, terutama jika ada prosedur bedah/operasi. Namun, ada solusi alternatif yang dapat dilakukan sebelum memutuskan untuk melakukan operasi. Solusi tersebut adalah FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau biopsi jarum halus. Dengan melakukan biopsi jarum halus, dokter akan mengambil sampel dari jarum dan memeriksanya di mikroskop untuk menentukan diagnosis.
Selain itu, dokter juga dapat memeriksa cairan seperti cairan perut dan dada untuk diperiksakan ke patologi anatomi. Lama waktu untuk mengetahui hasil pemeriksaan berbeda-beda tergantung pada jenis pemeriksaan yang dilakukan. Misalnya, pemeriksaan sitologi cairan membutuhkan waktu 3-4 hari, sedangkan pemeriksaan melalui urin memerlukan waktu yang berbeda. Tergantung tingkat kesulitan, FNAB dapat memberikan hasil hari itu juga atau besok.
Ukuran sampel yang diambil bisa berbeda, tergantung pada ukuran tumor. Ada tumor yang berukuran 2-3 ml hingga 30 cm. Pemeriksaan patologi anatomi bisa dilakukan berulang-ulang untuk memastikan keberhasilan terapi.
“Kanker bisa disebut multifactorial, karena dapat berasal dari keturunan, peradangan, sel tubuh yang menyerang diri sendiri, dan lain-lain. Sel dalam tubuh juga bisa menyerang diri sendiri, yang disebut sebagai penyakit autoimun. Terapi yang biasa dilakukan meliputi diagnosis, operasi, radioterapi, dan tomoterapi,” tuturnya.
dr. Rusdamayanti berpesan agar masyarakat Bojonegoro lebih waspada tentang adanya tumor, yaitu :
- Sebelum terjadinya kanker, ada pra-kanker yang bisa dideteksi lebih dini. Bisa melakukan pemeriksaan mandiri. Secara berkala satu tahun sekali (disarankan yang sudah menikah).
- Lalu hindari faktor resiko/pemicu kanker
- Kenali diri sendiri, jika sudah menemukan hal aneh/benjolan aneh segera periksakan
- Hindari kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan tumor di saluran pencernaan. Biasanya ada perubahan dari buang air besar atau gejala gejala lainnya.
- Jika sudah terkena kanker jangan panik dan takut, sebab teknologi sudah semakin maju dan terjamin alat-alat penanganannya. (*)
Reporter: Aziz.