SIDOARJO — INOVASI Jatim bersama dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jatim dan Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo menyelenggarakan Lokakarya Berbagi Pengalaman dan Penyamaan Persepsi Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Jenjang SD / MI. Kegiatan yang dilakukan pada 25-26 Januari 2023 dilaksanakan secara hybrid. Bagi peserta luring kegiatan dilaksanakan di Sidoarjo, sementara untuk peserta daring dapat mengikuti kegiatan melalui moda zoom.
Peserta terdiri dari jajaran staf Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jatim dan Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, pengawas SD dan MI, kepala sekolah dan guru. “Kegiatan dilaksanakan atas keprihatinan pendidikan khususnya di Jatim. Hasil PISA menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih rendah. Berdasarkan hal tersebut maka dluncurkanlah kurikulum merdeka. Untuk itu dirumuskan dan diimplementasikan tidak hanya di sekolah tetapi juga di madrasah. Untuk itulah kegiatan lokakarya ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas untuk mengawal implementasi kurikulum merdeka di madrasah,” ungkap Sugiyo Ketua Tim Seksi Kurikulum dan Kesiswaan Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jatim saat memberikan penguatan kepada seluruh peserta lokakarya.
Sri Agus Indaryati Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo mengungkapkan, meskipun secara daring kegiatan ini seharusnya diikuti oleh 56 peserta dari unsur guru, kepala sekolah, dan pengawas, namun saat pelaksanaan peserta dari Kabupaten Probolinggo meningkat menjadi seratus orang lebih. “Hal ini membuktikan bahwa guru dan pendidik lainnya sangat antusias ingin mengikuti lokakarya ini karena memang belum memahami secara detil bagaimana mengimplementasikan kurikulum merdeka,” terangnya.
Imam Sadudin, Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kab Sidoarjo yang menjadi peserta mengungkapkan, kegiatan ini penting dilakukan terutama bagi pengawas untuk lebih memperjelas pelaksanaan Kurikulum Merdeka di madrasah. “Kebetulan di Sidoarjo ini ada 7 MI yang dijadikan sebagai MI yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sehingga saya berharap dari 7 MI dapat berkembang menjadi seluruh MI di Sidoarjo. Selama ini memang belum ada lokakarya IKM khusus madrasah yang secara detil menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan IKM di madrasah sehingga kegiatan ini menurut saya sangat bermanfaat untuk kami sebagai pengawas,” ungkapnya.
Dalam diskusi apa dan mengapa IKM yang dipandu oleh Agus Sonhaji dari INOVASI Jatim, muncul beberapa pendapat dan tantangan yang disampaikan oleh peserta.
Yusnita Ermiyanti, Kepala SD dari Kabupaten Probolinggo yang dulunya merupakan guru SD di sekolah kelas rangkap / multigrade menyampaikan, bahwa sebenarnya 3 tahun lalu dirinya telah menerapkan IKM versi kelas rangkap dimana secara kondisi dirinya harus menggabungkan siswa kelas 1-2 dalam satu kelas. “Karena siswa sedikit, guru terbatas, maka kami menerapkan kelas rangkap dimana 2 kelas digabung menjadi 1 kelas. Kelas 1 bergabung dengan kelas 2, maka saya harus menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas saya. Kelebihan dari penggabungan 2 kelas ternyata siswa kelas 2 justru banyak membantu adik kelasnya dan siswa kelas 1 semakin termotivasi dengan hadirnya kakak kelasnya. Mereka belajar bersama-sama dan mengalami tutor sebaya,” terangnya.
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jatim dan INOVASI telah menetapkan 7 Madrasah di Sidoarjo sebagai sasaran piloting, yaitu 5 Madrasah yang sudah masuk dalam SK Dirjen Pendis sebagai pelaksana IKM dan 2 Madrasah yang belum masuk SK dirjen Pendis. Pemilihan Madrasah di Sidoarjo dengan mempertimbangkan kemudahan akses dan juga status pelaksana IKM. Alur dan tahapan kegiatan piloting IKM adalah: 1) penyamaan persepsi dan pembekalan awal, 2) pendampingan penyusunan Kurikulum Madrasah (Modul Ajar), 2) pendampingan Implementasi dalam pembelajaran, 3) pengembangan program penguatan karakter Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) RA dan pendampingan implementasinya, dan diakhiri dengan 4) join visit Monitoring dan refleksi piloting.(mad)