Bojonegoro, (kabarjawatimur.com) – Keresahan dan pertanyaan di benak para petani Bojonegoro semakin memuncak, melihat kenyataan dilapangan yang tidak sesuai dengan harga yang digembor gemborkan pemerintah. Harapan akan angin segar dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah sebesar Rp6.500 per kilogram, yang telah ditetapkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) sejak 15 Januari 2025, kini terasa bagai mimpi di siang bolong.
Faktanya di lapangan sungguh pahit. Alih-alih dihargai sesuai ketetapan pemerintah, gabah hasil panen petani Bojonegoro justru hanya laku dengan harga sekitar Rp 5.400 per kilogram. Selisih yang cukup signifikan ini tentu saja membuat para petani gigit jari dan merasa dipermainkan.
“Dulu katanya harga gabah mau dinaikkan biar petani sejahtera. Tapi buktinya, kami tetap saja jual murah. Kerja keras kami tidak dihargai. Biaya pupuk mahal, biaya tanam juga tidak sedikit, tapi harga jualnya membuat kecewa,” ujar salah seorang petani dengan nada kesal, Rabu (26/3/2025).
Kekecewaan ini bukan hanya dirasakan satu atau dua petani saja. Keluhan serupa menggema di berbagai sudut Bojonegoro. Para petani merasa bahwa janji pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui HPP gabah hanyalah isapan jempol belaka.Mereka mempertanyakan efektivitas kebijakan yang terlihat bagus di atas kertas, namun tak berdaya di hadapan kenyataan pasar.
Lantas, kemana selisih Rp1.100 per kilogram itu menghilang. Apakah ada permainan yang merajalela, ataukah Bulog sebagai garda terdepan penyerapan gabah petani memang belum mampu menjalankan tugasnya secara optimal.
Yang pasti, kekecewaan petani Bojonegoro sudah mencapai ubun-ubun. Mereka menuntut kejelasan dan tindakan nyata dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan pihak terkait. Jangan biarkan HPP hanya menjadi angka di atas kertas, sementara petani terus merugi dan tercekik himpitan ekonomi.
Suara kekecewaan ini harus didengar oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, dan solusi konkret harus segera ditemukan, demi menjaga semangat para pahlawan pangan dan keberlangsungan sektor pertanian di Bojonegoro. (aj)
Reporter: Aziz.