‎Bupati Bojonegoro Medhayoh, Gimik Politik Penuh Kepentingan

Bojonegoro, (kabarjawatimur.com) – Harapan kembali dihembuskan di Dusun Karangnongko, Desa Luwihaji, Kecamatan Ngraho, saat Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, hadir dalam gelaran Bupati Medhayoh pada Selasa (22/04/2025).

‎Dalam forum tersebut, keluhan klasik kembali mencuat, jembatan yang tak kunjung dibangun sejak 2020.

‎Namun, pertanyaan besarnya adalah, akankah instruksi bupati kali ini benar-benar diwujudkan atau hanya jadi angin lalu seperti bupati sebelumnya.

‎Kiswadi, salah satu warga Dusun Karangnongko, berdiri menyuarakan kegundahannya di hadapan sang bupati. Suaranya tegas, namun sarat kelelahan.

‎“Kami hanya ingin akses layak agar bisa terhubung dengan desa lain. Kami bukan minta jalan tol, hanya jembatan yang seharusnya sudah jadi hak dasar,” ucapnya getir.

‎Sudah hampir lima tahun lamanya warga Karangnongko hidup dalam keterisolasian. Untuk menjangkau pusat desa atau pasar terdekat, mereka harus menempuh jalur memutar sejauh belasan kilometer.

‎Saat musim hujan datang, sungai yang memisahkan dusun mereka berubah ganas, tak jarang membahayakan nyawa warga yang nekat menyeberang.

‎Namun hingga kini, tak ada jembatan, tak ada kepastian.

‎Di hadapkan keluhan itu, Bupati Setyo Wahono tampak sigap memberikan tanggapan.

‎Dengan nada meyakinkan, ia menyatakan bahwa Dinas PU Bina Marga dan Penataan Ruang segera diminta menindaklanjuti pembangunan jembatan di Dusun Karangnongko.

‎Bahkan, Camat setempat diminta langsung mengawal pengusulan hingga terealisasi.

‎“Segera ditindaklanjuti, ya. Proposalnya dikawal sampai tuntas,” katanya.

‎Namun, publik tak mudah percaya. Sudah terlalu sering warga mendengar janji serupa. Sudah terlalu sering mereka diberi harapan manis yang membeku di meja birokrasi.

‎Alih-alih jembatan, yang hadir hanya dokumentasi media, tepuk tangan seremonial, dan baliho raksasa bertuliskan “Pembangunan Berkeadilan.”

‎“Setiap tahun dijanjikan, tapi ujung-ujungnya hilang begitu saja. Kami sudah lelah berharap,” ujar warga lainnya yang menolak disebut namanya.

‎Ia menyebut beberapa kali usulan pembangunan jembatan itu diajukan melalui Musrenbangdes, namun selalu tak masuk prioritas kabupaten.

‎Pertanyaan besar pun mengemuka, apakah instruksi tegas dari bupati itu hanya bagian dari gimmick politik di tahun penuh kepentingan.

‎Apakah ini hanya satu dari sekian banyak panggung pencitraan dalam balutan program Medhayoh, yang tampil akrab tapi minim hasil konkret.

‎Sebagian warga skeptis, sebagian lainnya pasrah.

‎Namun satu hal yang pasti, Dusun Karangnongko masih terisolasi, dan pembangunan jembatan masih sebatas janji.

‎Maka masyarakat kini menanti, bukan dengan euforia, tapi dengan sorotan tajam dan segudang tanya, apakah Mas Bupati benar-benar hadir sebagai solusi, atau hanya datang membawa kata-kata kosong yang kembali menguap bersama waktu.

‎Karangnongko tak butuh seremonial. Mereka butuh jembatan. Dan janji yang benar-benar ditepati. (*)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *